1. As a national plus school, our dream future is a pluralistic human life, tata dunia baru        yang lebih bermartabat.

 
Manusia yang siap sukses adalah generasi yang sekarang dipersiapkan dalam pluralitas hidup yang penuh toleransi dan            sinergi. Di RC, semua pelajaran Agama ada, dengan guru Agama yang sesuai standar formal maupun standar kualitas. Lebih dari sekedar pelajaran, karena RC bukan sekolah berbasis satu agama tertentu, kehidupan beragama semua agama dikembangkan sama dengan atau bahkan melebihi porsi pengembangan kehiduan beragama di sekolah beragama. Semua hari besar agama dirayakan bersama, sekalipun ibadatnya per agama (merayakan bersama tidak sama dengan beribadat bersama). Lebih dari itu, stereotype profil para peserta didik RC adalah pribadi-pribadi yang sangat paham dengan teman-temannya yang beragama atau suku lain. Dari “paham” tumbuh menjadi “toleran” dalam arti seluas-luasnya. Pertemanan antarpeserta didik, misalnya, mencakup perhatian untuk saling mengingatkan untuk sholat, untuk doa sebelum makan, untuk berdoa dengan sungguh-sungguh ketika membuka dan menutup peajaran, dst. Profil lulusan sekolah ini adalah manusia yang mencintai dan gemar merawat kehidupan, kedamaian, dan saling menghargai menuju tata dunia baru yang lebih bermartabat, di mana perbedaan agama, suku, ras, dan golongan tidak boleh justru merusak keutuhan kemanusiaan dalam peradaban yang univeral. Siswa lulusan RC siap terjun ke dunia perguruan tinggi dan masyarakat dengan kompetensi sosial dan emosional yang matang menghadapi realita kolaborasi dalam dalam kebinekaan dan tidak hanya berlindung di balik ekslusivitasnya.

2. RC tidak sekedar ikut berpartisipasi menjadi mitra Pemerintah untuk mencerdaskan bangsa.

Banyak TK mengajarkan calistung (literasi dasar), tetapi TK RC mendidik anak-anak multi-dimensi pengembangan, sehingga mahir ber-calistung hanyalah sebagian kecil dari hasil belajar. Menyelenggarakan pendidikan pra-sekolah hanya dengan kursus calistung adalah mereduksi arti pendidikan pra-sekolah. Di RC, kami mendampingi anak-anak dengan berbagai bidang pengembangan (keagamaan sesuai agamanya, kebahasaan, kompetensi matematis, seni, kinestetika, dsb.) yang diperkuat dengan diintensifkannya bahasa Inggris baik dalam kegiatan belajar maupun di luar pelajaran dengan budaya berbahasa Inggris. Banyak SD tidak mengajarkan bahasa Inggris, tetapi kami mengembangkan kurikulum internasional untuk bahasa Inggris, sains, dan matematika baik demi penguasaan bahasa Inggris itu sendiri maupun kemampuan berpikir matematis dan terminologi global bidang sains. Penekanan pada kurikulum globalini semakin intensif lagi ketika beranjak SMP dan SMA di Regina Caeli.

3. Banyak sekolah yang mengajar; tetapi kami mendidik.

Lebih dari itu, yakni menyelenggarakan pendidikan sesuai sejatinya pendidikan, yang tidak sekedar terkamuflase oleh regulasi, pergantian kemasan kurikulum nasional, pergantian menteri, dan tuntutan administratif. Para pendidiri yayasan ini, penyelenggara dan pengelola sekolah ini berasal dari guru senior, kepala sekolah, eksekutif, dan pengurus yayasan-yayasan pendidikan besar sebelumnya, yang kemudian berkomitmen belajar dari pengalaman untuk menyelenggarakan sekolah secara unik dan benar. Fondasi terkuat sekolah ini adalah pembangunan budaya, karena segala bentuk pembiasaan dan sukses belajar hanya bisa terjadi kalau secara keyakinan akan prinsip-prinsip dasar serta nilai-nilai positif mendarah daging dalam komunitas pembelajar. Di atas budaya itulah dibangun sikap (karakter), pengetahuan, dan keterampilan (Heart, Head, and Hand). Pertama, sikap. Pembangunan sikap spiritual  (taat beragama, tekun, ulet, mandiri dst.) serta sikap sosial (penuh toleransi, bersemangat kolaborasi tinggi, berkepekaan sosial, dst.) tidak semata-mata diajarkan secara verbal, tetapi diteladankan dan dirawat dalam kehidupan peserta didik di area bermain, di kantin, di koridor, di tempat-tempat pertemuan dalam seluruh aspek kehidupannya, karena sekolah bukan sekedar persiapan untuk hidup, melainkanmerupakan hidup itu sendiri. Sekolah adalah rumah kehidupan (cf. Lirik Mars RC:“Regina Caeli is our home”). Kedua, dalam aspek pengetahuan dan teknologi, banyak praktik pendidikan yang hanya mengajarkan anak-anak dengan level paling rendah yakni mengajarkan hal-hal informatif hafalan. Kalau dalam kurikulum nasional disebutkan adanya aspek pengetahuan, di Regina Caeli dimaknai bukan semata sebagai pengetahuan, tetapi kemampuan berpikir. Istilah “pengetahuan” menimbulkan reduksi makna yang besar sehingga para guru hanya menekankan atau membuat peserta didik yang sebelumnya ‘tidak tahu”  menjadi “tahu”. Sedangkan kemampuan berpikir yang dikembangkan di RC adalah gradasi dari level paling bawah yakni kemampuan mengingat (kapan, di mana, berapa, siapa, apa), kemudian kemampuan memahami, kemampuan menerapkan, kemampuan menganalisis, kemampuan mengevaluasi, dan kemampuan mencipta (berdaya cipta). Untuk melengkapi prinsip humanisme dari kemampuan berpikir yang hanya dimiliki manusia, maka aspek pengetahuan juga diberi penekanan pada tingkat kerumitannya, mulai dari olah pikir tentang hal-hal faktual, olah pikir tentang hal-hal konseptual, olah pikir tentang hal-hal prosedural, sampai tingkat tertinggi yakni olah pikir tentang hal-hal metakognitif. Itulh pendidikan humanis yang dikembangkan di Regina Caeli. Maka kebiasaan guru yang kami kembangkan adalah mengajar dengan cara membuat anak semakin mampu berpikir, bukan menuangkan ilmu dari kepala guru ke kepala anak. Ketiga, aspek keterampilan terdiri dari dua sub aspek. Yakni keterampilan fisik (kinestetika) dan keterampilan intelektual. Keterampilan intelektual mencakup kemampuan mengamati dengan kepekaan berpikir yang tajam, kemampuan menelorkan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis atas dasar rasa ingin tahu yang tinggi, kemampuan mencoba, kemampuan mengasosiakan, dan kemampuan mengokunikasikan/menyajikan, baik lisan maupun tertulis dan dengan berbagai media. Makin tinggi jenjang (dari TK sampai SMA), maka makin kompleks juga kemampuan berpikir dan kometensi keterampilan yang dikembangkan di sekolah ini.

4. RC bukan sekolah berasrama; tetapi budaya sekolah dan budaya rumah merupakan sinergi yang kami fokuskan dalam bidang kesiswaan, khususnya dalam mengelola standar kelulusan (profil peserta didik).

Beberapa sinergi pengelolaan kehiduan peserta didik di sekolah dan di rumah dikembangkan dalam prinsip-prinsip: a) No day without prayer; b) No day without care; c) No day without study; d) No day without healthy life; e) Belajar sebelum pelajaran (buku sudah dibaca sebelum materi itu diajarkan sehingga pre-test adalah pemandangan yang biasa di RC); Repetitio est matter studiorum (RC tidak menganut ketuntasan instan tetapi belajar itu harus berulang-ulang). Ketuntasan dalam ulangan, dengan skor tinggi, akan segera terkubur ketika materi berikutnya menjejali memory otak anak. Tetapi kalau perolehan ketuntasan didapatkan melalui proses keberulangan, maka hasilnya adalah kemahiran. Kemahiran tidak terkuburkan. Ketuntasan dalam kurikulum nasional banyak disalahmengerti sebagai ‘bisa’ sehingga kalau sudah dapat skor ulangan tinggi, guru merasa puas. Di Regina Caeli, peserta didik tidak hanya dilatih untuk bisa, tetapi untuk mahir. Proses pemahiran adalah proses pembudayaan, hasil sinergi antara budaya sekolah dengan budaya rumah bersama keluarga.

5. Prestasi akademis anak-anak RC tidak pernah lekang dari skor 100 dalam UN, misalnya Matematika, sampai UN terakhir yang berbasis komputer sekalipun.

Bahkan SMA Regina Caeli, yang baru meluluskan pertama kali tahun lalu dalam posisi belum terakreditasi (tahun ini sudah diakreditasi), mampu menembus perguruan tinggi luar negeri di Eropa (applied Mathematics and Statitistics), Amerika (Interior Design), dan Australia (Economy). Juga mampu menembus perguruan tinggi negeri. Sejumlah besar lulusan juga meraih beasiswa prestasi di perguruan tinggi swasta di tanah air, dari beasiswa 25 dampai 100 persen karena prestasi (kepandaian). Dalam bidang non akademis, prestasi menonjol mewarnai kehidupan kesiswaan dari tahun ke tahun dengan juara-juara satu, dua, atau tiga di berbagai ajang seni dan olahraga.

6. Lokasi

RC sangat strategis bagi masyarakat Cieungsi dan sekitarnya. Terletak di dalamkompleks serba ada (self-sufficient city), Metland Transyogi.

7. Sarana-prasarana

Gedung megah, interior kelas mewah dan lengkap dengan multimedia pembelajaran, kompleks sekolah yang luas dan sejuk dengan banyak taman dan pohon, kolam renang, lapangan luas dan sarana olahraga lengkap, perpustakaan besar, kantin luas dan nyaman, mushola dan sarana ibadat
lainnya, laboratorium Biologi, laboratorium Fisika, laboratorium Kimia, laboratorium Bahasa, laboratorium Komputer, ruang olahraga indoor, rooftop untuk berbagai leisure activities, dan parkiran luas.

8. Pendidik dan tenaga kependidikan

Pendidik dan tenaga kependidikan: dari lulusan PTN dan PTS terkemuka dengan seleksi masuk yang ketat dan pembinaan profesionalitas yang intensif yang dilengkapi pengembangan quality by standard dan kekuatan quality in perception yang terlatih dengan customer intelligence yang tinggi. Pimpinan jenjang setingkat kepala sekolah ke atas adalah rekrutan tenaga berpengalaman dengan seleksi kompetensi tinggi dari yayasan-yayasan pendidikan besar di dalam kota Jakarta. Pendidik dan pimpinan-pimpinan jenjang sebagian besar adalah sarjana S-1 linier, dan sebagian lagi sarjana S-2. Kelemahlembutan, ketulusan dengan passion kependidikan, tanggungjawab, dan kejujuran adalah harga mati dalam sepak terjang pendidik dan tenaga kependidikan di Regina Caeli sehingga harus mampu mendampingi peserta didik untuk belajar dengan aman, nyaman, dan penuh semangat.

No Comments on Why RC